Manusia sebagai makhluk sosial, terkadang dalam
memandang hubungannya dengan manusia lainserasa dibatasi oleh sekat-sekat
perbedaan secara fisik. Hal ini wajar karena manusia dilahirkandengan membawa
gen bawaannya masing-masing. Namun apabila dari perbedaan ini sampai
memunculkan prasangka, walhasil bisa mengakibatkan fungsi bermasyarakat kita
menjadi terganggu. Apapun nama dan bentuk dari prasangka ini, kesemuanya
bermuara pada apa yang disebut rasisme.
Beberapa penulis menggunakan istilah rasisme untuk
merujuk pada preferensi terhadap kelompok etnis tertentu sendiri
(etnosentrisme), ketakutan terhadap orang asing (xenofobia), penolakan terhadap
hubungan antar ras (miscegenation), dan generalisasi terhadap suatu kelompok
orang tertentu (stereotipe).
Rasisme telah menjadi faktor pendorong diskriminasi
sosial, segregasi dan kekerasan rasial, termasuk genosida. Politisi sering
menggunakan isu rasial untuk memenangkan suara. Istilah rasis telah
digunakan dengan konotasi buruk paling tidak sejak 1940-an, dan identifikasi
suatu kelompok atau orang sebagai rasis sering bersifat kontroversial.
Dari uraian di atas (sumber dari Wikipedia), yang paling umum
terjadi di Indonesia adalah kenyataannya para politisi telah banyak menggunakan
isu rasial untuk memenangkan suatu tujuan dan maksud tertentu.
Ideologi rasisme, menurut saya adalah ideologi yang
terkejam yang pernah ada di dunia ini. Sebagai contoh yang tidak akan pernah
terlupakan bagi seluruh bangsa di dunia ini adalah buah karya kekejaman Nazi
yang dilandasi oleh ideologi rasisme ras. Nah apakah contoh itu tidaklah cukup
bagi kita di Indonesia untuk jangan pernah terjerat apalagi menggunakannya
dalam kancah dunia perpolitikan di Indonesia.
Dengan kata lain, melalui toleransi
cita-cita untuk mewujudkan peradamaian serta keharmonisan dunia dapat diraih
dengan lebih mudah. Bahkan dalam perspektif kebangsaan, toleransi juga dianggap
mampu menjadi modal tegaknya demokrasi serta menyelamatkan bangsa dari segala
bentuk perpecahan baik yang bersumber dari agama, suku, ras, bahasa dan budaya.
Intoleransi terkadang terjadi karena adanya
ketegangan antar suku, antar kelompok masyarakat, antar lawan politik, dan yang
sangat menyedihkan intoleransi lahir atas nama agama.
Agama yang seharusnya menjadi energi
positif untuk tegaknya keharmonisan antar umat manusia, malah sering dijadikan
bahan bakar untuk menyulut api permusuhan di lapisan masyarakat. Agama yang
tadinya diharapkan dapat menyelamatkan umat manusia dari sikap bermusuhan, oleh
sebagian orang agama justru dijadikan sebagai alat untuk meruntuhkan
nilai-nilai perdamaian, keharmonisan dan keberagaman.
Maka untuk menjaga kesatuan dan perdamaian
bangsa atau dunia, tingkatkanlah sikap toleransi kita sesama umat
manusia. Serta tingkatkan sikap intoleransi terhadap tindakan rasisme yang
dapat memecahkan persatuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar